Senin, 07 Juni 2010

BAB I
Pendahuluan

a.Latar Belakang masalah
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang,baik secara fisik ,psikologis,sosial,dan religius dalam mengurangi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.Defenisi tersebut memberikan arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa,yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa.
Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga,murid adalah peserta didik di sekolah,anak-anak adalah peserta didik masyarakat sekitarnya,dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.












BAB II
PEMBAHASAN

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
1.Defenisi peserta didik dalam pendidikan islam
Peserta didik dalam pendidikan islam adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan . Menurut Al-Ghazali anak didik merupakan generasi penerus bagi bangsa, agama, maupun keturunan, atau persiapan generasi untuk masa mendatang, karenamasa kini diciptakan oleh masa lalu. Sehingga mereka sangat memerlukan perhatian yang serius dari segi pendidikan khususnya pendidikan Islam dalam angka membangun manusia seutuhnya. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap pesrta didik.Dalam hal ini anak(peserta didik )merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
a. Factor pembawaan (warisan),
b. Faktor lingkungan,dan
c. Factor kematangan dalam proses perkembangan seseorang.
Ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang perkembangan,antara lain:
1.Aliran Nativisme
Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya,sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar.faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.
2. Aliran Empirisme
Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkungan dengan pengalaman pendidikannya
3. Aliran Konvergensi
Pada aliran ini adalah gabungan aliran Empirisme dengan Nativisme.Didalamnya menggabungkan arti penting dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Dalam proses perkembangan manusia,islam memiliki konsep-konsep yang menjelaskan proses tersebut secara gamblang.Konsep-konsep tersebut antara lain:
a.Konsep fitrah dalam diri manusia
Fitrah merupakan suatu ketetapan Tuhan bagi setiap makhluk-Nya.Tujuan dan jalan hidup manusia ditentukan oleh Allah SWT.Petunjuk yang ditentukan oleh Allah SWT tidak pernah menyesatkan dan keliru dalam menuntun makhluknya untuk menempuh jalan perkembangannya.Dalam Alqur’an,secara fitrah manusia dijelaskan terdiri dari dua bagian:kulit dan isi.Bentuk fisik adalah kulit,sedangkan akal adalah isi.Akal adalah potensi diri manusia yang dirinya berlangsung beberapa proses olah pikir, Seperti berpikir,mengingat,dsb.
b.Konsep warisan dan bid’ah(lingkungan)
Konsep ini menerangkan bahwa keadaan manusia saat ini merupakan pembawaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya.Selain faktor bawaan,perkembangan manusia juga sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan.




Paradigma Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Dalam proses belajar mengajar , seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan.Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan.Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
Pertama,peserta didik bukan miniatur orang dewasa,ia mempunyai dunia sendiri,sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan dengan orang dewasa
Kedua,peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin
Ketiga,peserta didik memiliki pebedaan antara individu dengan individu lain
Keempat,peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia
Kelima,peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif ,kreatif,serta produktif
Keenam,peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya
ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan Islam, diantaranya:
1. Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:
a. Hidayah wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau naluri yang melekat dan lansung berfungsi pada saat manusia dilahirkan di muka bumi ini.
b. Hidayah Hissiyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi sebagai penyempurnaan hidayah pertama
c. Hidayah aqliyyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari kedua hidayah di atas, sehingga memiliki kemampuan berfikir dan berkreasi menemukan ilmu pengetahuan
d. Hidayah diniyyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang hal-hal yang menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang tertulis dalam Al-qur’an dan sunnah
e. Hidayah Taufiqiyyah yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan Allah petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq agar manusia selalu berada alam keidhaan Allah

2. Kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani (primer) seperti makan, minum, seks, dan sebagainya maupun kebutuhan rohaniyah (sekunder) yang meliputi kebutuhan kasih sayang, akan rasa aman, akan rasa harga diri, rasa bebas, sukses dan kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau pengendalian diri manusia.
Berkaitan dengan potensi atau fitrah yang dimiliki anak sejak lahir, hadis yang diriwayatkan Bukhari dari Abu hanifah diungkapkan sabda rasulullah SAW :


Artinya :”setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, ataupun majusi” (Al-Hadis)















Sifat-sifat Dan Kode Etik Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar ,baik secara langsung maupun tidak langsung.Al-Ghazali,yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman,merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik,yaitu:
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT,sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela dan mengisi dengan akhlak yang terpuji (QS.al-An’am : 162 ) yang artinya “Katakanlah , “Sesungguhnya salatku , ibadahku , hidupku , dan matiku hanyalah untuk Allah semesta alam.
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi(QS.adh-Dhuha:


4). Artinya,belajar tak semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan,tapi juga belajar ingin berijtihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi,baik di hadapan manusia dan Allah SWT.
3 Bersikap tawadhu’(rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidiknya.Sekalipun ia cerdas,tetapi ia bijak dalam menggunakan kecerdasan itu pada pendidiknya,termasuk juga bijak kepada teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam belajar.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah),baik untuk ukhrawi maupun untuk duniawi,serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela(madzmumah).Ilmu terpuji dapat mendekatkan diri kepada Allah,sementara ilmu tercela akan menjauhkan dari-Nya dan mendatangkan permusuhan antar sesamanya.
6. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah(konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak).
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya,sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari,sehingga medatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai makhluk Allah SWT,sebelum memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan , yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan , menyejahterakan , serta memberi keselamatan hidup dunia akhirat.
11. peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit terhadap dokternya.
Menurut Ibnu Jama’ah yang dikutip oleh Abd al-amir Syams al-Din, peserta didik terbagi atas tiga macam , yaitu :
(1) Terkait dengan diri sendiri , meliputi membersihkan hati , memperbaiki niat atau motivasi , memiliki cita-cita dan usaha yang kuat untuk sukses dan penuh kesederhanaan.
(2) Terkait dengan pendidik , meliputi patuh dan tunduk secara utuh , memuliakan ,dan menghormatinya , senantiasa melayani kebutuhan pendidik dan menerima segala hinaan atau hukuman darinya.
(3) Terkait dengan pelajaran , meliputi berpegang teguh secara utuh pada pendapat pendapat pendidik , senantiasa mempelajarinya tanpa henti , mempraktekkan apa yang dipelajari dan bertahap dalam menempuh suatu ilmu.
Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peserta didik dengan enam macam , yang merupakan kompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan.Syarat yang dimaksud sebagaimana dalam syairnya :
“Ingatlah ! Engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali karena enam syarat ; aku akan menjelaskan keenam syarat itu padamu , yaitu : kecerdasan , hasrat atau motivasi yang keras , sabar , modal , (sarana) , petunjuk guru , dan masa yang panjang.
Drai syair tersebut dapat dipahami bahwa syarat-syarat pencari ilmu adalah mencakup enam hal , yaitu :
Pertama , memiliki kecerdasan ; yaitu penalaran , imajinasi , wawasan , pertimbangan , dan daya penyesuaian sebagai proses mental yang dilakukan secara cepat dan tepat.
Kedua , memiliki hasrat , yaitu kemauan , gairah , moril dan motivasi yang tinggi dalam mencari ilmu , serta tidak merasa puas terhadap ilmu yang diperolehnya.
Ketiga , beersabar dan tabah serta tidak mudah putus asa dalam belajar , walaupun banyak rintangan dan hambatan , baik hambatan ekonomi , psikologis , sosiologis , politik bahkan admimistratif.
Keempat , mempunyai seperangkat modal dan sarana yang memadai dalam belajar.
Kelima , adanya petunjuk pendidik , sehingga tidak terjadi salah pengertian terhadap apa yang dipelajari.
Keenam , masa yang panjang , yaitu belajar tiada henti dalam mencari ilmu sampai pada akhir hayat.






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan yang menunjukkan peserta didik menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik
Dalam proses peserta didik harus dimiliki sifat-sifat dan kode etik yang bagi peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar , baik secara langsung maupun tidak langsung
Tujuannya agar peserta didik memiliki gambaran tentang islam yang jelas , utuh , dan menyeluruh serta peserta didik dapat berinteraksi yang dapat berpengaruh kepada penampilan , sikap , tingkah laku dan amalnya sehinnga menghasilkan amal yang baik













Daftar Pustaka
Mujib,Abdul.2006.Ilmu Pengantar Islam,Jakarta:Prenada Media
Syafaruddin.2009.Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta:Hijri Pustaka Umum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar